1. Dengan
kasih-sayangMu Dikau telah menyibakkan rahasia nan agung mengenai Jati Diri
(Sang Atman), dan sabda-sabdaMu telah menghapus kebodohanku.
Sang Arjuna rupanya telah mulai sadar, dan pupus atau hapus sudahlah
kebodohannya yang berbentuk moha (keterikatan, pada sanak-keluarga).
Sabda-sabda Sang Kreshna bahwa Ia lah Sang Brahman, Sang Atman Yang Hadir dalam
setiap unsur dan makhluk dan selalu bersifat abadi, membuat Sang Arjuna
dipenuhi oleh rasa aman, damai, tentram dan sentosa. Sadarlah ia dari kegelapan
yang selama ini menyelimutinya, dan tak ragu-ragu lagi ia menghadapi perang
Baratayudha yang ada dihadapannya. Bukankah sebenarnya setiap saat, setiap hari
adalah perang besar antara kita manusia dengan lingkungan disekitar kita,
dengan hati-nurani kita, dengan keserakahan kita dan orang lain dalam berbagai
bentuk seperti moha, loba, ahankara dan sebagainya........
2. Aku
telah mendengar dariMu secara penuh, oh Kreshna, tentang kelahiran dan kematian
yang ada, dan juga tentang keagunganMu yang tak terbinasakan.
3. Dikau adalah, oh Tuhan, Yang Maha Kuasa, seperti yang Dikau katakan
tentang DiriMu. Tetapi aku berhasrat melihat bentukMu yang agung dan suci, oh
Purushottama (manusia yang terutama).
4. Seandainya Dikau menghendaki, oh Tuhan, bahwa olehku dapat terlihat,
maka bukakanlah kepadaku, oh Yang Maha Memiliki llmu pengetahuan (yoga), bentuk
diriMu yang tak terbinasakan.
Arjuna yang selama ini telah mendengarkan sabda-sabda suci Sang Kreshna
mengenai kelahiran dan kematian semua yang ada di dunia ini dan juga mengenai
diri Sang Kreshna sendiri yang tak lain dan tak bukan adalah Yang Maha Esa
Sendiri dengan segala-segala tindakan-tindakanNya yang kreatif dan penuh kasih
terhadap semua makhluk, sekarang ini berhasrat sekali untuk melihat sendiri
atau untuk membuktikan apa yang telah didengarkannya selama ini. Melihat dan
membuktikan memang lebih meyakinkan daripada mendengarkan, maka Arjuna pun
memohon Sang Yogeshwara (Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Pemilik Semua Ilmu
Pengetahuan) agar sudi diperlihatkan kepadanya bentukNya yang suci dan agung
itu, yang tak terbinasakan. Arjuna ingin sekali melihat Sang Kreshna dalam
bentukNya sebagai Parameshvaram dan Purushottama, yaitu sebagai Tuhan Yang Maha
Kuasa dan Agung, dan juga sebagai Manusia Yang Maha Kuasa dan Agung (Vishnu).
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
5. Saksikanlah, oh Arjuna, bentukKu yang beratus-ratus dan beribu-ribu jumlahNya (rupaNya), yang suci, yang tak terhitung warna-warni dan bentuk-bentukNya.
5. Saksikanlah, oh Arjuna, bentukKu yang beratus-ratus dan beribu-ribu jumlahNya (rupaNya), yang suci, yang tak terhitung warna-warni dan bentuk-bentukNya.
6. Saksikanlah para Aditya, para Vasu, para Rudra, kedua Ashvin, dan para
Marut. Saksikanlah, oh Arjuna, keajaiban-keajaiban yang tak pernah terlihat
sebelum ini.
7. Saksikanlah hari ini, oh Arjuna, seluruh alam semesta dan isinya yang
bergerak dan yang tak bergerak, dan apapun juga yang ingin dikau saksikan -
semua terpusat pada tubuhKu.
Sang Kreshna segera menerangkan kepada Arjuna tentang bentuk-bentuk dan
rupa-rupa yang akan segera disaksikan oleh Arjuna, yaitu yang tak terhitung
jumlahnya dan bentuknya, maupun warna-warninya, yang merupakan gabungan dari
para dewa seperti Aditya, yaitu dewa-dewa yang ada hubungannya dengan matahari,
Vasu, Rudra (dewa-dewa malapetaka), Ashvin (dewa penolong orang-orang sakit
yang dikenal sebagai tabib-tabib suci), Marut dan ciptaan-ciptaanNya yang
terkecil dan tak terlihat oleh manusia. Sang Kreshna pun dengan senang hati
ingin memperlihatkan kepada Arjuna bentuk-bentukNya yang bergerak dan tak
bergerak bahkan seluruh kosmos (alam semesta) yang terkonsentrasi atau terpusat
pada DiriNya Tetapi penyaksian Ilahi semacam ini tidak mungkin terlihat dengan
mata duniawi, maka Sang Kreshna pun segera memberikan mata suci (divyam
chakshuh) kepada Arjuna agar terlihat olehnya semua bentuk-bentuk suci dari
Yang Maha Esa olehnya. Mata suci sebenarnya adalah matanya seorang mistik,
seorang yang sudah sadar dan dapat "melihat kedalam." Ini
mengingatkan kita kepada salah seorang nabi bangsa Yahudi yang pernah memohon
kepada Yang Maha Esa, "Tuhan, bukalah matanya agar ia dapat melihat."
Dan hal ini berlaku untuk kita semuanya, mohon dan berdoalah selalu kepada Yang
Maha Esa agar dibukakan mata dan hati kita agar dapat kita melihat dan
menyadari atau mengenalNya secara sejati. Sebenarnya semua jalan ke arah Yang
Maha Esa sudah tersedia di sekitar kita, yang diperlukan hanyalah "membuka
mata" kita sedikit saja.
8. Tetapi, sebenarnya, dikau tak akan dapat meyaksikanKu dengan mata
duniawimu ini, makaKu berkahkan kepadamu mata suci. Saksikanlah yogaKu Yang
Maha Dahsyat (kekuatan yang suci dan agung).
Sekarang tibalah saatnya Arjuna melihat bentuk Yang Maha Suci dan Agung di
dalam diri Sang Kreshna. Di dalam diri Sang Kreshna nampak terpusat seluruh
alam semesta dan semua itu terbuka untuk dilihat oleh Arjuna, dengan mata Ilahi
yang dikaruniakan oleh Sang Kreshna.
Berkatalah Sanjaya:
9. Setelah bersabda demikian, oh raja, Yang Maha Agung dan Maha Menguasai Yoga, Hari (Sang Kreshna) kemudian membukakan diriNya Yang Maha Agung, Suci dan Perkasa kepada Arjuna. Sang Kreshna yang disebut Mahayogeshvara (Yang Maha Mengetahui Yoga) kemudian memperlihatkan diriNya Yang Amat Dahsyat dan Penuh dengan keajaiban-keajaiban yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
9. Setelah bersabda demikian, oh raja, Yang Maha Agung dan Maha Menguasai Yoga, Hari (Sang Kreshna) kemudian membukakan diriNya Yang Maha Agung, Suci dan Perkasa kepada Arjuna. Sang Kreshna yang disebut Mahayogeshvara (Yang Maha Mengetahui Yoga) kemudian memperlihatkan diriNya Yang Amat Dahsyat dan Penuh dengan keajaiban-keajaiban yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
10. Dengan jumlah mulut dan mata yang tak terhitung banyaknya, dengan
jumlah keajaiban-keajaiban yang tak terhitung nampaknya, dengan jumlah hiasan
badan nan suci yang tak terhitung jumlahnya dan dengan senjata-senjata Ilahi
yang tak terhitung banyaknya yang semuanya terlihat terangkat;
11. Dengan
memakai kalungan-kalungan bunga dan jubah-jubah sorgawi semerbak mewangi dengan
wewangian sorgawi, penuh dengan kemukjizatan, terang-benderang, tanpa batas dan
wajah yang memandang ke setiap arah.
Sang Kreshna nampak kepada Arjuna sebagai suatu bentuk yang tanpa batas dan
dalam manifestasiNya yang beraneka ragam, yang mulut dan mataNya tersebar di
mana-mana tanpa dapat dihitung jumlahnya, yang juga nampak memakai jubah-jubah
dan kalungan-kalungan bunga-bunga suci sorgawi. Juga nampak mengenakan
hiasan-hiasan badan dan memegang senjata-senjata simbolis sorgawi di mana-mana
dalam jumlah yang tak terhitung dan nampak semua senjata-senjata ini siap
terangkat ke atas.
12. Kalau saja dapat seribu mentari bersinar pada saat yang sama, mungkin
demikianlah kedahsyatan yang terpancar dari Makhluk Itu.
Terang-benderangnya atau kemerlapanNya begitu dahsyat sehingga dibandingkan
dengan seribu mentari yang bersinar sekaligus, bayangkan bagaimana dahsyat Yang
Maha Esa ini dengan segala kekuasaan dan keperkasaanNya.
13. Di situlah Arjuna menyaksikan seluruh alam semesta beserta segala
isinya yang beraneka-ragam teruntai menjadi satu, di dalam raga Tuhan nya para
dewa-dewa.
Dengan mata sucinya, Sang Arjuna melihat Yang Maha Esa, Tuhan dari segala tuhan
dan dewa-dewa, melihat seluruh untaian kehidupan kosmos yang beraneka-ragam jumlahnya
tanpa akhir tetapi teruntai menjadi suatu kesatuan di dalam Yang Maha Esa.
14. Kemudian, ia, Arjuna, penuh takjub, bulu-bulunya tegak berdiri,
menundukkan kepalanya dan menyembahNya dengan kedua tangannya yang terkatub, ia
berkata:
Arjuna yang penuh takjub dan gentar melihat penyajian Ilahi segera menyembahNya dan berkata:
Berkatalah Arjuna:
15. Yah! Kulihat sekarang bagaimana semua ini terselimut olehMu! Para dewa terdapat di dalam ragaMu yang agung, oh Tuhan! Sang Brahma bersemayam di singgasana-teratai, dan semua resi, ular-ular dan kekuatan suci! Arjuna yang takjub dan ketakutan ini mulai menyenandungkan puja-puji kepada Yang Maha Esa dalam bentuk puisi atau syair. Ia melihat dan menerangkan semua pandangan di hadapannya. Dalam raga Sang Kreshna ia melihat semua bentuk-bentuk dewa-dewi suci dan seluruh alam-kosmos. Terlihat oleh Arjuna, Sang Brahma yang bersemayam di singgasana teratai (dianggap bunga suci oleh umat Hindu) yang berasal dari pusar Sang Vishnu, juga terlihat olehnya ular-ular suci, orang-orang yang bijaksana dan suci yang ditemuinya di dunia.
Arjuna yang penuh takjub dan gentar melihat penyajian Ilahi segera menyembahNya dan berkata:
Berkatalah Arjuna:
15. Yah! Kulihat sekarang bagaimana semua ini terselimut olehMu! Para dewa terdapat di dalam ragaMu yang agung, oh Tuhan! Sang Brahma bersemayam di singgasana-teratai, dan semua resi, ular-ular dan kekuatan suci! Arjuna yang takjub dan ketakutan ini mulai menyenandungkan puja-puji kepada Yang Maha Esa dalam bentuk puisi atau syair. Ia melihat dan menerangkan semua pandangan di hadapannya. Dalam raga Sang Kreshna ia melihat semua bentuk-bentuk dewa-dewi suci dan seluruh alam-kosmos. Terlihat oleh Arjuna, Sang Brahma yang bersemayam di singgasana teratai (dianggap bunga suci oleh umat Hindu) yang berasal dari pusar Sang Vishnu, juga terlihat olehnya ular-ular suci, orang-orang yang bijaksana dan suci yang ditemuinya di dunia.
16. Dikau lah Tuhan dari semuanya ini.Kulihat tangan-tangan dan dada-dadaMu,Dalam bentuk yang beraneka-ragam, tetapi tak kulihat bagian tengahMu atau
permulaan dan akhirMu!
Terlihat oleh Arjuna bentuk Sang Kreshna yang tanpa batas, dan hadir dalam
berbagai bentuk sorgawi dan duniawi di setiap penjuru alam semesta, dan setiap
bentuk ini lengkap dengan wajah, mulut, dada, dan sebagainya dalam suatu
kesatuan kehidupan yang berlainan dan amat bervariasi. Dalam bentuk
kaleidoskopik ini, Yang Suci dan Agung, Sang Kreshna hadir sebagai Yang Tak
Bermula atau Berakhir. Semua aspek-aspek ini hadir dalam bentuk suciNya.
17. Kulihat Dikau dengan chakraMu, mahkota dan gada,Kulihat Dikau gilang-gemilang di setiap arah sebagai satuan cahaya: terang-benderang bagaikan api yang membakar, bagaikan mentari yang bersinar di setiap sisi!
17. Kulihat Dikau dengan chakraMu, mahkota dan gada,Kulihat Dikau gilang-gemilang di setiap arah sebagai satuan cahaya: terang-benderang bagaikan api yang membakar, bagaikan mentari yang bersinar di setiap sisi!
Kata-kata Arjuna di sini bisa juga berarti bahwa Sang Kreshna atau Yang Maha
Esa hadir di mana-mana tanpa batas dan diskriminiasi, ibarat sinar matahari
yang bersinar di setiap sisi dan sudut bumi ini secara adil dan merata.
18. Dikaulah Yang Aksharam - Yang Maha Esa,
18. Dikaulah Yang Aksharam - Yang Maha Esa,
Dikaulah tempat beristirahat semuanya yang ada di dunia ini,
Dikaulah penjaga dharma yang tak pernah binasa,
Dikaulah seseorang yang tak akan terlupakan! Aksharam berarti yang tak terbinasakan. ia juga tempat bersemayam kita semua, sekaligus asal-usul dan akhir kita semuanya, beserta semua rencana dan hasil-hasil rencana kita. la juga Yang selalu menjaga agar dharma (kebenaran dan hukum kebenaran) selalu abadi dan langgeng dan selalu ditegakkan kembali pada saat-saat kezaliman berkuasa. la juga yang tak akan pernah terlupakan atau faktor utama di alam semesta ini, dan akan selalu hadir dan ada walaupun yang lainnya sudah binasa semua.
Dikaulah penjaga dharma yang tak pernah binasa,
Dikaulah seseorang yang tak akan terlupakan! Aksharam berarti yang tak terbinasakan. ia juga tempat bersemayam kita semua, sekaligus asal-usul dan akhir kita semuanya, beserta semua rencana dan hasil-hasil rencana kita. la juga Yang selalu menjaga agar dharma (kebenaran dan hukum kebenaran) selalu abadi dan langgeng dan selalu ditegakkan kembali pada saat-saat kezaliman berkuasa. la juga yang tak akan pernah terlupakan atau faktor utama di alam semesta ini, dan akan selalu hadir dan ada walaupun yang lainnya sudah binasa semua.
19. Kulihat Dikau, Tuhan! Sebagai Yang tunggal tanpa asal, tanpa tengah,
tanpa akhir. Kulihat Dikau sebagai kekuatan dahsyat, tangan-tanganMu yang tak
terhitung jumlahnya, rembulan dan mentari sebagai mata-mataMu, wajahMu bak api
yang membara!
Arjuna melihatNya sebagai yang tak bermula, tak terlihat juga masa tengah
maupun akhirNya, karena memang la tak pernah dilahirkan dan tak akan binasa.
Yang Maha Kuasa banyak tangannya, ini menandakan kekuasaanNya dan kehadiranNya
yang tanpa batas. Dan api yang membara yang terlihat oleh Arjuna adalah api
pengerobananNya yang menghangatkan dunia ini dengan kebesaran dan
kasih-sayangNya.
20. Dunia ini dari batas ke batas, dari kutub ke kutub, penuh dengan Dikau
semata, seisi alam ini penuh! Melihat pemandangan yang menggetarkan dan
menakjubkan dariMu ini, ketiga dunia ini tenggelam, oh Yang Maha Perkasa!
Seluruh alam semesta yang tanpa batas ini penuh dengan Yang Maha Esa semata,
dan dengan penuh takjub dan gentar ketiga dunia beserta segala isi dan
makhluk-makhluknya menunduk dan bersujud hormat kepada Yang Maha Esa.
21. Jajaran
para dewa mendekat dan menyatu denganMu, mereka mengatubkan kedua telapak
tangan mereka dengan ketakutan, MemujaMu!
Para Resi dan Siddha (mereka yang telah sempurna) berteriak, "Hidup,
hidup!"
Dan menyanyikan puja-puji kebesaran untukMu!
Dan menyanyikan puja-puji kebesaran untukMu!
22. Para Rudra, dan para Aditya, juga para Vasu, para Sadhya, Siddha,
Vishva, Usmapa, para Marut, Ashvin, Yaksha, Asura, dan para Gandharava --
semuanya memandangMu dengan takjub!
Semua dewa-dewi dan penghuni sorgaloka dan loka-loka lainnya takjub akan
kebesaranNya yang tanpa batas ini. Rudra (dewa-dewa bencana dan maut), Vasu
(dewa-dewa kekayaan), Sadhya (dewa-dewa yang tinggal diantara sorga dan bumi),
Aditya (dewa-dewa matahari), Vishva (dewa-dewa yang berhubungan dengan
ketabahan), Marut (dewa-dewa yang berhubungan dengan udara), Ushamapa
(dewa-dewa peminum hawa panas), Gandharva (para penyanyi sorgawi), Yaksha
(dewa-dewa harta), Asura (setan-setan).
23. (Melihat) bentukMu yang perkasa dengan mulut dan mata, benda-benda dan
kaki yang tak terhitung jumlahnya, dan tangan-tangan yang begitu luasnya, perut
dan gigi yang tak terhitung banyaknya, seluruh loka-loka ini melihat dan
tergetar, begitu pun daku!
24. Kulihat Dikau menyentuh langit-langit, membara dengan warna-warni
mulutMu terbuka lebar dan mataMu bersinar-sinar, kala kulihat Dikau seperti
ini; Kalbuku tergetar, kekuatanku sirna, dan aku tak memiliki kedamaian lagi.
25. Oh, tajam seperti baranya api waktu, kulihat mulut-mulutMu yang
bertaring menakutkan!
Aduh! Aku kehilangan semua akalku dan tak tahu di mana aku berada.
Tak kudapatkan kedamaian! Ampuni daku, Tuhan!
Oh, Tempat berlindung seluruh alam semesta ini! Alam semesta dan isinya semua seakan-akan terkena "teror" yang maha-dahsyat melihat Yang Maha Esa dalam bentuk yang demikian ini, begitu ujar Arjuna yang kehilangan semua akalnya; takjub dan penuh gentar ia kini. la melihat Yang Maha Esa yang berdiri dan ubun-ubunNya mencapai lapisan tertinggi langit, seluruh alam semesta ini terlihat penuh dengan diriNya semata, dan terlihat juga la ibarat api kiamat, ibarat seorang raksasa yang bertaring dan menakutkan penuh dengan daya hancur yang maha-dahsyat. Yang Maha Esa tampak kepada Arjuna dalam bentukNya yang maha menghancurkan dan menggetarkan, yang dapat diartikan di sini sebagai juga hukum karma yang akibatnya amat menakutkan; seyogyanyalah kita sadar akan arti dan hakikat kehidupan ini dan selalu bertindak positif dalam setiap tindakan kita.
Aduh! Aku kehilangan semua akalku dan tak tahu di mana aku berada.
Tak kudapatkan kedamaian! Ampuni daku, Tuhan!
Oh, Tempat berlindung seluruh alam semesta ini! Alam semesta dan isinya semua seakan-akan terkena "teror" yang maha-dahsyat melihat Yang Maha Esa dalam bentuk yang demikian ini, begitu ujar Arjuna yang kehilangan semua akalnya; takjub dan penuh gentar ia kini. la melihat Yang Maha Esa yang berdiri dan ubun-ubunNya mencapai lapisan tertinggi langit, seluruh alam semesta ini terlihat penuh dengan diriNya semata, dan terlihat juga la ibarat api kiamat, ibarat seorang raksasa yang bertaring dan menakutkan penuh dengan daya hancur yang maha-dahsyat. Yang Maha Esa tampak kepada Arjuna dalam bentukNya yang maha menghancurkan dan menggetarkan, yang dapat diartikan di sini sebagai juga hukum karma yang akibatnya amat menakutkan; seyogyanyalah kita sadar akan arti dan hakikat kehidupan ini dan selalu bertindak positif dalam setiap tindakan kita.
26. Ke dalam mulutMu yang terbuka lebar, dan bergigi menyeramkan dan
terlihat menakutkan, masuklah mereka dengan amat cepat -
27. Semua putra-putra Dhritarastra, dan beserta mereka, para raja-raja,
dan Bhisma, Kama, Dronacharya, dan semua pendekar-pendekar agung tuan-rumah
kami, banyak terperangkap diantara gigi-gigi dan terlihat kepala-kepalanya,
terjepit dan pecah dan berjatuhan menjadi debu dan binasa. Diantara
geraham-gerahamMu tergeletak -pahlawan-pahlawan terbaik dari kedua laskar ini!
28. Bagaikan air bah sungai yang mengalir deras dan menyatu dengan lautan,
begitulah para orang-orang kuat ini, pahlawan-pahlwawan agung ini, melaju deras
masuk ke dalam mulutMu yang penuh dengan api yang membara! Melaju, dalam arus
yang tak putus-putusnya dan hilanglah mereka!
29. Ibarat kawanan laron yang melaju cepat ke arah sebuah pelita — ke api
yang membara - untuk mati didalamnya, begitu juga manusia-manusia ini, dengan
kecepatan yang tinggi, melaju deras ke arah kematian mereka di dalam
mulut-mulutMu yang membara.
30. Pada setiap sisi, dengan mulut-mulutMu yang membara dan menakutkan,
Dikau menjilat loka-loka ini, melahap semuanya. CahayaMu yang terang-benderang,
oh Vishnu, masih mengisi bumi ini dari ujung ke ujung: terbakarlah alam semesta
ini!
Berputar-putar dengan roda Sang Waktu, para pendekar dan pahlawan dunia ini pun
terjepit diantara gigi-gigiNya, yaitu perumpamaan dari Hukum Karma. Semua
jajaran Kaurawa dan Pandawa melaju dengan kencang ke arahNya tanpa daya.
Seperti sungai-sungai yang penuh air-bah yang melimpah mengalir deras ke arah
lautan-lepas tanpa kendali, maka kita semua pun tanpa daya melaju kencang ke
arahNya kembali begitu kita lahir di dunia ini. Perumpamaan yang kedua adalah
ibarat kawanan laron (sejenis serangga) yang selalu mengorbankan dirinya dengan
menabrak api atau lampu pada malam hari, begitu pula dengan kita manusia ini
yang tanpa sadar sebenarnya sedang mengarah ke kematian kita setiap hari,
setiap menit, setiap detik dan setiap saat, dan semua ini tanpa kita sadari.
Yang kita "sadari" hanyalah menikmati semua kenikmatan duniawi selama
mungkin, dan tidak pernah terbetik di dalam benak kita untuk apa sebenarnya
kita ini lahir atau hidup, atau dilahirkan atau dihidupkan? Dan Yang Maha Esa
di sini diibaratkan dengan mulut Yang Penuh dengan bara api yang membakar kita
semua akhirnya. la menjilat dengan bara-apiNya seluruh alam semesta ciptaanNya
Sendiri, dan akhirnya terbakar atau musnahlah alam semesta ini dalam DiriNya
Sendiri. Dengan kata lain, semua yang berasal dari Dia kembali kepadaNya, tanpa
kecuali.
31. Aduh
Vishnu! Beritahukanlah daku siapakah DiKau ini. Mengapa bentukMu begitu
menakjubkan? Aku memujaMu: Ampuni daku, Tuhan Yang Maha Agung! Aku ingin
mengetahuiMu, Yang Maha Esa! Karena Tak kuketahui akan jalan-jalanMu!
Arjuna, pada saat ini ibarat telah kacau pikirannya, bukan saja ia amat takjub
pada penampilan yang maha-dahsyat ini, tetapi juga sekaligus ia ketakutan dan
gemetar akan kebesaran Yang Maha Kuasa yang tak ada tandinganNya ini. la pun
bertanya-tanya bagaimana cara kerja sebenarnya dari Yang Maha Kuasa menunjang
kehidupan di alam semesta ini, dan ketakutanlah ia melihat para
pahlawan-pahlawan nan sakti dari kedua laskar di Barata-Yudha ini, semuanya
melaju deras ke mulut Sang Kreshna (Sang Vishnu) yang amat menakutkan ini.
Bukan saja mereka yang bersifat iblis, tetapi mereka yang dianggap baik pun
melaju deras ke arah kematian. Segera ia memohon ampun kepadaNya karena
gentarnya menghadapi Yang Maha Esa dalam bentukNya yang sukar dimengerti ini.
Bukankah kita manusia ini sering sekali ingin melihat bentuk Yang Maha Kuasa,
tetapi siapakah sebenarnya di dunia ini yang mampu melihatNya? Baru sebagian
kecil dari bentukNya saja sudah menyeramkan, apa lagi bentukNya yang maha tak
terbatas. Arjuna sendiri yang disebut pahlawan utama saja tidak mampu menahan gentarnya,
apa lagi kita manusia awam.
Tuhan Yang Maha Esa, memang Maha Indah tetapi Ia juga Maha Menakutkan, ini adalah sebuah fakta yang harus kita terima. Ia adalah Maha Pengasih dan Penyayang tetapi juga adalah Maha membinasakan, terimalah ini sebagai suatu fakta untuk pelajaran dan penghayatan kita, agar hormat kita kepadaNya menjadi lebih sempurna lagi. Arjuna yang gemetar ketakutan dan merinding, bulu-bulu di sekujur raganya, jatuh berlutut dan memohon kepadaNya agar diberikan pengampunan. Ia juga memohon keterangan apa arti dari semua penampilan Yang Maha Esa ini? Apakah arti dari kebinasaan semua pahlawan dan manusia ini? Dan Sang Kreshna Yang Maha Pemurah pun mengabulkan permintaan Arjuna yang sedang dilanda rasa takjub yang luar biasa ini.
Tuhan Yang Maha Esa, memang Maha Indah tetapi Ia juga Maha Menakutkan, ini adalah sebuah fakta yang harus kita terima. Ia adalah Maha Pengasih dan Penyayang tetapi juga adalah Maha membinasakan, terimalah ini sebagai suatu fakta untuk pelajaran dan penghayatan kita, agar hormat kita kepadaNya menjadi lebih sempurna lagi. Arjuna yang gemetar ketakutan dan merinding, bulu-bulu di sekujur raganya, jatuh berlutut dan memohon kepadaNya agar diberikan pengampunan. Ia juga memohon keterangan apa arti dari semua penampilan Yang Maha Esa ini? Apakah arti dari kebinasaan semua pahlawan dan manusia ini? Dan Sang Kreshna Yang Maha Pemurah pun mengabulkan permintaan Arjuna yang sedang dilanda rasa takjub yang luar biasa ini.
Bersabdalah Yang Maha Esa:
32. Aku adalah Sang Waktu, yang menghancurkan dunia ini! Sang Waktu Yang menumpas, saatnya telah tiba kini, dan matang bagi hancurnya para laskar ini: walaupun engkau lari, semua ini akan tetap binasa. Sang Kreshna adalah Sang Kala (Waktu), Sang Waktu yang mematikan para laskar, pendekar dan pahlawan di Kuruksetra. Di alamNya Sang Kreshna tak ada waktu, atau kondisi-kondisi yang terikat pada waktu. Tetapi di dunia ini terciptalah waktu, yang sebenarnya adalah hasil ilusi manusia itu sendiri, seperti pagi dan malam, hari-hari, dan jam-jam, bulan-bulan dan tahun-tahun dan lain sebagainya, sehingga manusia itu sendiri terjebak di dalam waktu yang menjadi hasil karyanya sendiri. Sehingga semuanya oleh manusia diukur dengan waktu, baik itu pekerjaan maupun itu usia seseorang. Akibatnya manusia itu selalu berpacu dengan sang waktu, sehingga terciptalah juga kondisi-kondisi seperti waktu-kelahiran dan waktu-kematian. Kalau saja manusia tidak terikat pada waktu maka kita pun tak akan terikat kepada dunia ini dan segala ekses-eksesnya dan segala aspek-aspeknya seperti mati, lahir, hidup, dan lain sebagainya. Apakah sebenarnya yang kita cari di dunia ini, mengapa manusia selalu terburu-buru berpacu dengan sang waktu, seakan-akan semua akan menjadi berlarut-larut? Padahal semua ini hanyalah ilusiNya saja. Kita seharusnya sadar bahwa Sang Waktu Yang Sejati adalah Yang Maha Esa, Ia lah Yang Maha Tahu bila seseorang atau makhluk harus lahir dan harus mati, dan bila ia (seseorang) harus bekerja dan berfungsi semestinya seperti yang telah Ia atur.
33. Bangkitlah dikau, ayo! Dapatkanlah yang sudah diketahui!
Berperanglah dengan musuh-musuhmu! Kerajaan ini menantimu. OlehKu, dan bukan olehmu, semua ini telah terbantai, seakan-akan dikau yang membantainya! Jadilah alat Ku! Seranglah, wahai Kshatrya! Arjuna boleh lari dari kenyataan ini, dan ia boleh saja melepaskan tanggung-jawabnya sebagai seorang pahlawan dan kshatrya dan ingkar dari kewajibannya, tetapi Yang Maha Kuasa yang menentukan apakah ia harus berperang, bekerja, bertindak atau tidak berbuat sesuatu apapun juga. Yang Maha Esa lah yang menentukan lahir dan matinya para Pandawa dan Kaurawa. Ia juga yang menentukan lahir dan mati kita semuanya beserta seluruh ekses-ekses kehidupan kita. Ia juga lah Sang Waktu Yang Sejati Yang Maha Mengetahui dan Menentukan Segala-galanya. Seyogyanyalah kita sadar akan hal ini. Om Tat Sat.
Berperanglah dengan musuh-musuhmu! Kerajaan ini menantimu. OlehKu, dan bukan olehmu, semua ini telah terbantai, seakan-akan dikau yang membantainya! Jadilah alat Ku! Seranglah, wahai Kshatrya! Arjuna boleh lari dari kenyataan ini, dan ia boleh saja melepaskan tanggung-jawabnya sebagai seorang pahlawan dan kshatrya dan ingkar dari kewajibannya, tetapi Yang Maha Kuasa yang menentukan apakah ia harus berperang, bekerja, bertindak atau tidak berbuat sesuatu apapun juga. Yang Maha Esa lah yang menentukan lahir dan matinya para Pandawa dan Kaurawa. Ia juga yang menentukan lahir dan mati kita semuanya beserta seluruh ekses-ekses kehidupan kita. Ia juga lah Sang Waktu Yang Sejati Yang Maha Mengetahui dan Menentukan Segala-galanya. Seyogyanyalah kita sadar akan hal ini. Om Tat Sat.
34. Menyeranglah dikau terhadap Drona! Dan seranglah Bhisma! Juga Kama,
dan Jayadratha — semua pahlawan di sini. Ketahuilah sudah Kuputuskan mereka
binasa! Janganlah gentar! Berperanglah dikau dan tumpaslah yang telah tertumpas
ini!
Arjuna hanya diminta untuk menjadi alat atau instrumen Sang Maha Kuasa saja,
karena kematian semuanya di Kurukshetra telah ditakdirkanNya sesuai dengan
kehendakNya semata. Yang penting bagi Arjuna (dan kita tentunya) adalah usaha
atau perjuangan yang 'simbolis' saja. Seyogyanya kita pun berperang terhadap
hawa-nafsu dan angkara-murka yang meraja-lela di sekitar kita, dan kita pasti
akan berhasil selama kita bekerja demi dharma-bhakti kita terhadapNya semata.
Serahkan semua hasil atau buah dari setiap tindakan ini kepadaNya untuk
ditentukan sesuai dengan keinginanNya, karena la juga Yang Maha Menentukan
semuanya ini, kita hanya bertindak sebagai alat-alatNya saja.
Berkatalah Sanjaya:
35. Setelah mendengar kata-kata ini dari Sang Kreshna, Arjuna sambil mengatubkan kedua tangannya, dalam keadaan gemetar, membungkukkan badannya untuk bersujud. Penuh rasa gentar dan bersuara sengau, Arjuna sekali lagi menyapa Sang Kreshna.
Berkatalah Arjuna:
36. Oh Kreshna! Benar-benar dunia ini berbahagia menyaksikan kekuasaanMu yang tanpa Batas, dan memujaMu! Para raksasa yang ketakutan akan bentukMu lari tunggang-langgang, dan para Siddha bersujud kepadaMu.
37. Bagaimana mungkin mereka tak menghormatiMu, Tuhan! Oh Dikau Yang Agung
dan Esa! Dibandingkan dengan Sang Brahma yang agung dan pencipta pertama, Dikau
lah Yang Maha Agung! Dikau Tuhan para dewa! Yang Maha Pasti! Ada - dan Tiada,
Yang berbentuk Makhluk dan Yang bukan Berbentuk makhluk, dan Yang lebih lagi
dari keduanya ini - Itu Yang Maha Gaib - Yang Maha Esa!
38. Dikau adalah di atas para dewa. Dikaulah Manusia Abadi. Di dalamMu
alam semesta terjamin kelestariannya! Yang Mengetahui dan Yang Diketahui -dua
dalam satu adalah Dikau! Tujuan Yang Agung dan Suci, semuanya ada di dalamMu!
39. Oh, Dikau adalah Sang Vayu (Sang Bayu)! Dan Dikau adalah Yama
(Kematian)! Agni (Api) dan Dikau adalah Sang Ombak! Dan Dikau adalah Sang
Rembulan! Prajapati adalah Dikau. Bapak dari semuanya! Seribu kali aku berseru
memujaMu!
40. Seru
puja kepadaMu dari depan dan belakang! Dan seru puja di setiap sisi! Oh Semua!
Dengan kekuatanMu, Oh Yang Tanpa Batas! Sendiri, Dikau mengelilingi semuanya.
Dikau Yang Esa di dalam semuanya, dan seyogyanya, Dikaulah SemuaNya!
Begitu kagum dan takjubnya Arjuna ini, maka mulailah ia bersenandung, memuja Yang Maha Esa sambil berpuisi. Bab ini adalah satu-satunya yang disusun dengan bentuk puisi karena ulah Sang Arjuna yang sedang tergetar jiwa-raganya melihat kebesaranNya Yang Tak Terbatas itu. Menurut Arjuna (di sloka-sloka di atas), seluruh alam semesta penuh dengan rasa kasih, hormat dan kesentosaan melihat dan menyaksikan kebesaran Yang Maha Besar ini. Di satu pihak para raksasa, syaitan dan iblis beserta sekalian kuasa-kuasa gelap berlarian jauh dengan penuh rasa ketakutan, maka di pihak lain para resi, orang-orang suci, dewa-dewi dan kuasa—kuasa yang terang datang bersujud di hadapanNya, memuja-muji Yang Maha Kuasa tanpa henti-hentinya.
Bukankah Ia lebih agung dari Dewa Brahma, sang pencipta dunia ini? Bukankah Ia juga Tuhan dari segala dewa-dewi dan tuhan-tuhan lainnya yang disembah manusia? Dan bukankah Ia juga yang memelihara alam semesta ini, dan bukankah semua yang bergerak dan dan yang tidak bergerak, semuanya datang dan pergi dari dan ke DiriNya juga? Ia juga yang disebut Sat (Abadi) dan yang disebut juga Asat(yang tidak abadi). Dan Ia juga yang disebut Tat Para, yaitu Itu Yang Maha Agung dan Suci. Ia juga Pemilik Semua Ini. Ia juga Maha Mengetahui dan Yang Maha Diketahui. Ia lah tempat tujuan kita yang maha agung dan suci, dan di dalam bentukNya seluruh alam semesta ini tersebar. DariNya juga terbentuk fenomena-fenomena alam seperti angin, hujan, kematian, api, rembulan, dan juga Prajapati dan para dewa-dewi. Arjuna juga melihatNya dari aspek-aspek lain seperti aspek kasih dan cinta Ilahi, sebagai bapak dari seluruh alam semesta dan kita semuanya, guru, teman, yang melindungi semuanya, sebagai Cinta-Kasih Yang Abadi, Kebenaran Yang Tak Terbinasakan, sebagai Kehidupan Yang Tak Pernah Sirna. Dan akhirnya, Arjuna dengan penuh takjub dan ekstasi menyatakan, "Dikaulah SemuaNya, Oh SemuaNya."
Dikau Yang Esa di dalam semuanya, dan seyogyanya, Dikaulah SemuaNya!
Begitu kagum dan takjubnya Arjuna ini, maka mulailah ia bersenandung, memuja Yang Maha Esa sambil berpuisi. Bab ini adalah satu-satunya yang disusun dengan bentuk puisi karena ulah Sang Arjuna yang sedang tergetar jiwa-raganya melihat kebesaranNya Yang Tak Terbatas itu. Menurut Arjuna (di sloka-sloka di atas), seluruh alam semesta penuh dengan rasa kasih, hormat dan kesentosaan melihat dan menyaksikan kebesaran Yang Maha Besar ini. Di satu pihak para raksasa, syaitan dan iblis beserta sekalian kuasa-kuasa gelap berlarian jauh dengan penuh rasa ketakutan, maka di pihak lain para resi, orang-orang suci, dewa-dewi dan kuasa—kuasa yang terang datang bersujud di hadapanNya, memuja-muji Yang Maha Kuasa tanpa henti-hentinya.
Bukankah Ia lebih agung dari Dewa Brahma, sang pencipta dunia ini? Bukankah Ia juga Tuhan dari segala dewa-dewi dan tuhan-tuhan lainnya yang disembah manusia? Dan bukankah Ia juga yang memelihara alam semesta ini, dan bukankah semua yang bergerak dan dan yang tidak bergerak, semuanya datang dan pergi dari dan ke DiriNya juga? Ia juga yang disebut Sat (Abadi) dan yang disebut juga Asat(yang tidak abadi). Dan Ia juga yang disebut Tat Para, yaitu Itu Yang Maha Agung dan Suci. Ia juga Pemilik Semua Ini. Ia juga Maha Mengetahui dan Yang Maha Diketahui. Ia lah tempat tujuan kita yang maha agung dan suci, dan di dalam bentukNya seluruh alam semesta ini tersebar. DariNya juga terbentuk fenomena-fenomena alam seperti angin, hujan, kematian, api, rembulan, dan juga Prajapati dan para dewa-dewi. Arjuna juga melihatNya dari aspek-aspek lain seperti aspek kasih dan cinta Ilahi, sebagai bapak dari seluruh alam semesta dan kita semuanya, guru, teman, yang melindungi semuanya, sebagai Cinta-Kasih Yang Abadi, Kebenaran Yang Tak Terbinasakan, sebagai Kehidupan Yang Tak Pernah Sirna. Dan akhirnya, Arjuna dengan penuh takjub dan ekstasi menyatakan, "Dikaulah SemuaNya, Oh SemuaNya."
41. Sering aku berbicara kepadaMu secara gegabah, dan kupikir Dikau
sebagai 'teman' dan tak kusadari akan kebesaranMu ini, dan kupanggil Dikau
'Kreshna,' 'Pangeran' atau 'Sahabat'!
42. Karena sayang dan juga karena ingin bercanda denganMu, sering
kuberbuat salah terhadapMu, pada saat-saat kita sedang berbaring, duduk,
bersantap atau sedang berduaan, atau sedang dengan yang lain-lainnya! Oh Yang
Tak Berdosa, untuk ini (semua) kumohon kepadaMu! Maafkan! Maafkan
kesalahan-kesalahan ku, Yang Maha Abadi!
Arjuna yang baru sadar bahwa Sang Kreshna yang selama ini dianggapnya teman
bercanda (hubungan keduanya amat akrab) di bumi ini, ternyata adalah penjelmaan
Yang Maha Esa, dan karena takut dan takjubnya, langsung secara amat spontan dan
jantan ia pun meminta dimaafkan semua kesalahan-kesalahannya. Bukankah sering
sekali hal-hal yang serupa kita alami juga. Kita sering memuja Yang Maha Esa
dengan harapan la akan datang menolong kita dari penderitaan yang kita alami.
Sebenarnya setiap saat la hadir dan menolong kita, tetapi dalam bentuk orang
lain, atau makhluk lain, bahkan dalam bentuk sesuatu kejadian, yang tidak kita
sadari, dan sering sekali kita mencemoohkan atau mengacuhkan semua ini. Kita
sering lupa akan Dia karena kehidupan kita sehari-hari hanya diperhitungkan
secara duniawi dan berdasarkan yang ilmiah-ilmiah saja, bahkan yang kita anggap
rasional saja. Lupa kita akan kehidupan dan kemukjizatan spiritual,
ke-gaiban-Nya yang maha tak terkirakan atau terpikirkan itu. Semua sering
sekali kita anggap suatu kebetulan belaka, di dunia ini tiada sesuatu pun yang
serba kebetulan, semuanya secara spiritual sudah terencana dan terkoordinir
dengan baik, sampai ke hal-hal yang sekecilnya, ini harus dicamkan oleh kita
semuanya. Kalau sadar akan hal ini, maka segeralah memohon maaf kepadaNya,
karena Ia Maha Pemaaf dan Pengasih dan Penyayang kita semuanya.
43. Karena sekarang kuketahui Dikau adalah Bapak Agung dari semua yang
dibawah dan semua yang di atas, dari semua loka-loka di seluruh alam semesta
ini! Dikau adalah guru yang paling dikagumi dan tak tertandingi di seluruh
loka-loka ini. Bagaimana mungkin ada seseorang di dunia ini yang lebih agung
dari kebesaranMu? Dikau lah Yang Tertinggi, Tuhan, kupuja Dikau!
44. Dengan tubuh yang membungkuk dan menunduk, aku bersujud dan memohon
karuniaMu, Oh Tuhan Yang kukagumi! Tunjanglah daku, ibarat seorang ayah yang
menolong putranya, ibarat seorang sahabat yang menolong sahabatnya, ibarat
seorang kekasih yang menolong yang dikasihinya!
Arjuna di sloka-sloka di atas menyebut Sang Kreshna sebagai 'Ayah atau Bapak
semua loka-loka,' sebagai seorang guru yang tanpa tandingannya, dan Arjuna pun
memohon kepadaNya agar Sang Kreshna sudi membantu, menolong dan menunjangnya
ibarat seorang ayah yang menolong anak-anaknya, dan beberapa contoh-contoh
lainnya seperti di atas. Dengan kata lain, sebenarnya Arjuna yang telah sadar
akan KebesaranNya mohon agar sudi di kasihi dan dikaruniai oleh Yang Maha
Kuasa. Barang siapa sadar akan kasih-sayang Ilahi Yang Tak Ada Taranya itu,
maka orang ini pastilah seseorang yang telah mendapatkan penerangan dan
kebijaksanaan yang tak ada taranya. la betul-betul telah sadar secara sejati
akan Yang Maha Esa dan Segala KebesaranNya.
45. Telah kulihat Itu yang tak pernah terlihat sebelum ini — bentukMu yang
menakjubkan! Hatiku bahagia tetapi penuh dengan ketakutan! Oh Tuhannya
tuhan-tuhan! Gunakanlah tubuh duniawiMu, agar terlihat oleh mata duniawi (ini)!
Jiwa Arjuna tergetar terus melihat Kebesaran Yang Maha Kuasa ini, Yang Tanpa
Batas dan tak pernah terlihat oleh siapapun sebelum ini. Tetapi karena
ketakutan akan WujudNya ini, ia berseru memohon agar Sang Kreshna sudi kembali ke
WujudNya yang semula seperti wujud manusiaNya, yaitu Sang Kreshna, agar Arjuna
dapat menyaksikannya lagi dengan mata manusianya tanpa merasa gentar lagi.
46. Kuharap melihatMu seperti yang dahulu, berhiaskan mahkota, gada dan
cakra di tangan, Oh Yang Bertangan Seribu, Oh bentuk Yang Universal, Mohon
perlihatkan bentukMu sebagai Vishnu Yang Bertangan Empat!
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
47. Yah! Telah kau lihat, Arjuna! Dengan karuniaKu dan melalu kekuatan
Yoga, bentukKu yang agung dan suci, Yang Maha Luas,
48. Dan menakjubkan, sangat terang-benderang, tak ada habis-habisNya, Yang
utama (pertama), Yang mengisi semuanya---Yang selain dikau tak pernah terlihat
oleh yang lainnya sebelum ini!
Penglihatan ini tak dapat terlihat oleh Veda-Veda, atau para pangeran! Atau
dengan pengorbanan, atau amal, atau dengan mantra-mantra, atau dengan puja-puji
suci, atau dengan puasa yang berkepanjangan. Tak seorang pun di dunia ini dapat
melihatnya, karena penglihatan ini hanya disimpan untuk dikau semata!
Sang Kreshna menerangkan kepada Arjuna bahwa penglihatan Ilahi yang dikaruniakanNya kepada Arjuna memang khusus telah disediakan untuknya semata dan tidak diperlihatkan kepada dewa-dewa atau yang lain-lainnya. Suatu penghormatan yang luar biasa bagi Arjuna karena dianggap murid dan pemujaNya yang sangat setia dan berdedikasi, bahkan puasa yang berkepanjangan atau penyiksaan diri yang diluar-batas pun tak dapat menghasilkan penglihatan Ilahi ini, juga tidak yagna atau amal dan perbuatan perbuatan baik lainnya. Hanya yang terpilih olehNya akan mendapatkan Karunia ini, seperti yang dikaruniakan kepada Arjuna yang disayangiNya.
Sang Kreshna menerangkan kepada Arjuna bahwa penglihatan Ilahi yang dikaruniakanNya kepada Arjuna memang khusus telah disediakan untuknya semata dan tidak diperlihatkan kepada dewa-dewa atau yang lain-lainnya. Suatu penghormatan yang luar biasa bagi Arjuna karena dianggap murid dan pemujaNya yang sangat setia dan berdedikasi, bahkan puasa yang berkepanjangan atau penyiksaan diri yang diluar-batas pun tak dapat menghasilkan penglihatan Ilahi ini, juga tidak yagna atau amal dan perbuatan perbuatan baik lainnya. Hanya yang terpilih olehNya akan mendapatkan Karunia ini, seperti yang dikaruniakan kepada Arjuna yang disayangiNya.
49. Janganlah kalut! Janganlah dikau gentar, karena melihat bentuk yang
menakutkan ini! Bebaslah dari rasa takutmu! Berbahagialah hatimu! Saksikanlah
lagi bentukKu yang telah lama dikau kenal!
Berkatalah Sanjaya:
50. Setelah bersabda demikian kepada Arjuna, Sang Kreshna sekali lagi
kembali ke bentukNya yang semula. Yang Maha Agung, setelah kembali ke bentuk
yang lembut, menghibur Arjuna yang sedang ketakutan.
Berkatalah
Arjuna:
51. Sekali lagi kulihat bentuk manusiaMu yang lembut, oh Kreshna, dan jiwaku berubah tenang. Aku kembali ke sifatku yang semula. Mulailah hilang rasa takut dan gentar sang Arjuna, setelah melihat vujud lembut Yang Maha Pengasih. Yang dimaksud dengan wujud lembut Sang Kreshna adalah wujudNya sebagai manusia. Di versi lain Bhagavat Gita yang diterjemahkan oleh pengarang-pengarang lainnya, maka di sloka-sloka di atas diterangkan bahwa Yang Maha Esa, mengubah DiriNya dari bentukNya yang menyeramkan ke bentuk Sang Batara Vishnu yang lembut dan bertangan empat, dan langsung kemudian merubah DiriNya lagi ke bentuk lembut Sang Kreshna. Walaupun oleh penterjemah buku ini XL Vaswani tidak disebutkan secara jelas hal di atas ini, tetapi sudah terang maksudnya demikian, karena pada sloka-sloka di bawah ini ada hubungannya dengan bentuk Sang Vishnu tersebut.
51. Sekali lagi kulihat bentuk manusiaMu yang lembut, oh Kreshna, dan jiwaku berubah tenang. Aku kembali ke sifatku yang semula. Mulailah hilang rasa takut dan gentar sang Arjuna, setelah melihat vujud lembut Yang Maha Pengasih. Yang dimaksud dengan wujud lembut Sang Kreshna adalah wujudNya sebagai manusia. Di versi lain Bhagavat Gita yang diterjemahkan oleh pengarang-pengarang lainnya, maka di sloka-sloka di atas diterangkan bahwa Yang Maha Esa, mengubah DiriNya dari bentukNya yang menyeramkan ke bentuk Sang Batara Vishnu yang lembut dan bertangan empat, dan langsung kemudian merubah DiriNya lagi ke bentuk lembut Sang Kreshna. Walaupun oleh penterjemah buku ini XL Vaswani tidak disebutkan secara jelas hal di atas ini, tetapi sudah terang maksudnya demikian, karena pada sloka-sloka di bawah ini ada hubungannya dengan bentuk Sang Vishnu tersebut.
Bersabdalah Yang Maha Pengasih:
52. Sukar sekali untuk melihat bentukKu yang telah kau saksikan ini (bentuk Sang Vishnu bertangan empat). Bahkan para dewa mendambakan sekali melihatKu dalam bentuk ini.
53. Tetapi tak dapat Aku terlihat dalam bentuk yang telah kau saksikan
ini, walaupun dengan (mempelajari) Veda-Veda, dengan puasa, dengan
pemberian-pemberian atau dengan pengorbanan-pengorbanan.
Sang Kreshna menegaskan sekali lagi kepada Arjuna, bahwa tidak mungkin la dapat
terlihat dalam bentuk agungNya seperti yang disaksikan oleh Arjuna baru saja,
walaupun seseorang menyiksa dirinya setengah-mati, atau beramal sebanyak apapun
juga, atau bahkan dengan mempelajari Veda-Veda selama apapun juga. Mengapa Sang
Kreshna mengulang semua pernyataan ini kepada Arjuna? Karena dibalik itu
tersirat suatu jalan untuk melihatNya dalam bentukNya yang mulia dan maha suci
ini, dan jalan itu juga terbuka untuk kita semua. Perhatikanlah sloka-sloka
yang menyusul di bawah ini, karena sebenarnya yang dikenhendaki oleh Yang Maha
Esa dari kita semuanya ini amat sederhana sifatnya dan bukan yang sukar-sukar
atau yang menyiksa diri sendiri. Lihat sloka yang berikutnya ini.
54. Tetapi hanya dengan kesetiaan kepadaKu semata — kesetiaan (dedikasi)
yang tak terpecah-pecah — maka Aku akan diketahui dan terlihat dalam intisariKu
dan bahkan dimasuki ke dalamNya, oh Arjuna!
55. Seseorang yang bekerja untukKu, yang menjadikan DiriKu sebagai tujuan
yang suci dan agung -- ia, pemujaKu, lepas dari keterikatan, tanpa rasa-jahat
kepada sesama makhluk, ia datang kepadaKu, oh Arjuna!
Jadi sebaiknya seseorang tak perlu untuk mencari-cari kekuatan-kekuatan gaib
untuk dirinya agar menjadi sakti atau berpengaruh secara duniawi. Yang Maha Esa
dan yang peneranganNya tidak dapat dicapai dengan kesaktian jenis apapun juga,
karena kesaktian yang sejati diberikanNya sendiri kepada mereka-mereka yang
memenuhi kriteria-kriteriaNya untuk hal-hal tersebut; penggunaan
kesaktian-kesaktian ini umumnya harus bersifat kemanusiaan dan untuk sesamanya
dan demi pengabdian kepadaNya semata. Kesaktian semacam ini umumnya timbul atau
datang tanpa diminta dan merupakan karuniaNya yang khusus untuk pemuja-pemujaNya
yang tulus dan beriman dan tanpa-pamrih. Maka seyogyanyalah berdedikasi
kepadaNya tanpa terpecah-pecah iman maupun pikiran kita, terpusat seluruhnya
kepadaNya semata, dan jadikanlah Ia tujuan kita yang suci dan agung, dan
cintailah, hormatilah, dan tolonglah sesama makhluk di dunia ini secara merata
dan tanpa diskriminasi, karena bagaimana mungkin sesorang mencintaiNya dengan
tulus kalau ia tidak mencintai atau mengasihi semua ciptaanNya di alam semesta
ini secara tulus. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang lain, atau mengusik
makhluk lainnya yang tidak berdosa maupun yang berdosa tanpa seseuatu alasan
yang pasti dan dapat dipertanggung-jawabkan kepadaNya. Dengan begitu kita akan
meniti jalan ke arahNya. Jadi intisari ajaran-ajaran Sang Kreshna adalah kalau
seseorang ingin melihatNya atau ingin mencapaiNya atau dengan kata lain ingin
mengetahui dan mengenal ilmu pengetahuan yang agung dan suci dan kebijaksanaan
yang agung dan suci ini, maka jalannya amat sederhana, yaitu "dedikasi dan
kesetiaan yang tulus kepadaNya semata." Benar kata Sri Shankar Acharya,
seorang guru besar Hindu di masa yang lalu, bahwa sloka 55 pada bab ini
sebenarnya adalah "intisari dari seluruh Bhagavat Gita."
Dalam Upanishad Bhagavat Gita, Ilmu Pengetahuan Yang Abadi, Karya-Sastra Yoga, dialog antara Sang Kresnha dan Arjuna, bab ini adalah bab yang kesebelas yang disebut : Vishvarupa Darshana Yoga atau Ilmu pengetahuan Tentang Penglihatan Bentuk Kosmos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar